Presiden Jokowi Kepada ASN Yang Akan Berwirausaha: Ambil Yang Resikonya Kecil Atau Berpatner

Presiden Jokowi memberikan sambutan pada peluncuran program Wirausaha ASN dan Pensiunan, di Sentul, Bogor, Jabar, Rabu (16/1) siang. (Foto: JAY/Humas)

Presiden Jokowi memberikan sambutan pada peluncuran program Wirausaha ASN dan Pensiunan, di Sentul, Bogor, Jabar, Rabu (16/1) siang. (Foto: JAY/Humas)

Jakarta-Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku dirinya mendengar banyak Aparatur Sipil Negara (ASN) yang merasa khawatir saat memasuki  masa pensiun, meskipun sebenarnya tunjangan-tunjangan yang diberikan pemerintah lebih dari cukup sepanjang penggunaannya tidak konsumtif.

“Asal bisa menabung, bisa mengelola keuangan dengan baik,” kata Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada peluncuran program Wirausaha ASN dan Pensiunan: Sejahtera di Purnatugas, yang digelar di Sentul Internasional Convention Center, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/1) siang.

Presiden Jokowi meninjau stand milik ASN yang akan memasuki pensiun pada peluncuran program Wirausaha ASN dan Pensiunan, di Sentul, Bogor, Jabar, Rabu (16/1) siang. (Foto: JAY/Humas)

Presiden Jokowi meninjau stand milik ASN yang akan memasuki pensiun pada peluncuran program Wirausaha ASN dan Pensiunan, di Sentul, Bogor, Jabar, Rabu (16/1) siang. (Foto: JAY/Humas)

Oleh sebab itu, Presiden berpesan agar hati-hati dan cermat dalam mengelola uang tunjangan hari tua. Apabila pengelolaan keuangan ini benar, betul, Presiden meyakini akan memberikan sebuah nilai tambah kesejahteraan.

Kepada ASN yang akan memasuki masa pensiun dan pensiunan yang ingin terjun ke dunia usaha dengan berwirausaha, Presiden Jokowi meminta agar diberikan pendampingan sebelum mereka terjun untuk berwirausaha.

Presiden juga menyampaikan sejumlah saran bagi para ASN yang akan memasuki masa pensiun atau para pensiun yang akan terjun untuk berwirausaha.

Yang pertama, menurut Presiden, memulai usaha, memulai bisnis itu tidak mudah. Oleh sebab itu, ia menyarankan agar memilih usaha-usaha yang dekat dengan keseharian kita  di saat tugas. Misalnya,  pensiunan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, kan dekat dengan ikan, bisnisnya jangan jauh-jauh dari situ karena ilmunya sudah kita ketahui, kesehariannya bergelut di situ.

“Sehingga untuk memulai itu lebih mudah dibanding misalnya bekerja dulu di Kementerian Kelautan dan Perikanan bisnisnya pertanian. Nah ini laut sama pertanian jauh. Hati-hati,” tutur Presiden.

Kedua, ambil usaha-usaha yang resikonya kecil, misalnya barang-barang yang tidak cepat busuk atau basi. Kemudian ambil bisnis yang kalau tidak laku tapi nilainya tetap tambah. Misalnya, yang resikonya tidak gede mendirikan kos-kosan.

“Mendirikan kos-kosan ini income-nya ada, jelas setiap bulan atau setiap tahun tetapi nilai tambah dari bangunan itu setiap tahun itu pasti naik. Nanti kalau misalnya ini, misalnya saya masih ada tabungan, rumah juga masih, kos-kosan yang dulu kita beli katakanlah harga Rp500 juta, setiap tahun pasti nambah terus. Sekarang misalnya ini sudah Rp 2 miliar mau dilepas tidak apa-apa. Dilepas dapat Rp2 miliar, bangun lagi 2 atau 3 lagi,” ujar Presiden Jokowi.

Cari Partner

Kalau kita ragu-ragu memulai, Presiden menyarankan untuk mencari partner yang sudah berproduksi tapi yang karakternya sama dan karakternya baik, yang diketahui betul karakternya.

“Usaha itu bagus kalau kita memang memiliki partner yang pas, itu berkembangnya cepat sambil kita belajar mengelola sebuah bisnis, sebuah usaha,” terang Presiden seraya menunjuk contoh misalnya pabriknya ketika diminta dikelola oleh anak-anaknya tidak mau. Tetapi, justru anaknya memilih membuka usaha sendiri yang merupakan sebuah kolaborasi.

“Anak saya ini enggak pernah pengalaman di bidang makanan, apalagi di bidang martabak, membeli saja juga enggak pernah tahu-tahu kok jualan martabak. Saya melihat, ini apa sih ternyata punya partner.

Berjualan martabaklah, gandengan. Bagi untung seperti apa ya perjanjian saja,” sambumg Presiden.

Jadi, lanjut Presiden, kalau mau memulai sebuah usaha tapi ragu itu cari partner. Tapi partner itu betul-betul harus dipastikan bahwa cocok bener. Jangan baru setahun dua tahun sudah berantem. Nanti larinya ke pengadilan, larinya ke wilayah hukum.

Kepala Negara mengingatkan, bahwa  sebenarnya pasar di negara kita ini pasar yang sangat besar, 260 juta penduduk adalah sebuah pasar yang sangat besar, dan beberapa produk-produk di Indonesia ini masih diisi oleh produk dari luar.

“Saya mengajak marilah kita ganti dengan produk-produk kita sendiri. Setuju nggak ibu-ibu, bapak-bapak, kita isi dengan produk-produk kita sendiri,” tutur Kepala Negara.

Tampak hadir dalam kesempatan itu antara lain Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri PANRB Syafruddin, Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gde Ngurah Puspayoga, Dirut PT Taspen Iqbal Latanro, dan Walikota Bogor Bima Arya. (FID/JAY/ES)

Sumber:Setkab.co.id

 

author

Author: 

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.