GMKI Tuding Laurensius Supit Lecehkan Gereja,Buntut Ucapan Doi Lebih Berkuasa Dari Doa

Laurensius Supit

Laurensius Supit

BITUNG,Suarasulutnews.co.id – Ucapan yang bernada melecehkan dan merendahkan doa dari Gereja (orang percaya) yang diduga dilontarkan Laurensius Supit itu yakni disampaikannya di hadapan sejumlah Pendeta dan Jemaat GMIM Bukit Moria Kelurahan Gunung Woka Kecamatan Lembeh Utara, Minggu 18 Oktober 2015 antara pukul 12 – 12.30 Wita.

Intinya Supit yang biasa disapa Ko Jef pemilik Toko Tri Putra itu, dihadapan para Pendeta, Penetua dan sejumlah anngota jemaat menyatakan doi (uang) lebih berkuasa dari doa.

Kronologis peristiwa itu terjadi berawal kedatangan Laurensius Supit didampingi Sekcam Lembeh Utara dan salah satu Kepala Lingkungan Pintu Kota beserta tim sukses Paslon Nomor 4 saat baru selesai ibadah Minggu.

Meski tidak diundang, Supit dan rombongan langsung memasuki halaman gereja tepatnya di depan pintu gedung gereja dan langsung mempertanyakan tentang pembuatan tanggul gereja yang menurut Supit harus dibuat oleh Bapak Lomban. Dari percakapan itulah terlibat percakapan atau perdebatan dengan Pendeta Adolf Wenas ST,MTh Ketua Wilayah Bitung VI yang saat itu masih memakai toga dan memegang Alkitab didampingi sejumlah Pendeta dan Penatua antara lain Pdt Sofie Pamaruntuan, Pnt Prokhorus, Pnt Nimot, Pdt Yansye Awondatu Tendean Ketua Jemaat Betel Pintu Kota Besar, Pnt Adrintje Olongsongke dan sejumlah anggota jemaat.

Karena ucapan Supit sudah mengarah, memprovokasi dan menjelekan MJ Lomban sebagai Wakil Walikota, maka Pnt Prokhorus dan Pnt Nimot langsung mengatakan bahwa pembuatan tanggul itu bukan urusan Bapak Lomban tetapi urusan Dinas PU.

Perdebatan terus berlangsung dan saat itulah Ko Jef mengatakan “Pendeta boleh kuasai Pelsus, tapi belum tantu dengan anggota jemaat, sebab sekarang doi itu berkuasa bukan lei doa.

“Ucapan ini kami para pendeta pelsus (Penatua dan Syamas) serta anggota jemaat GMIM merasa dilecehkan bukan saja lecehkan kuasa doa tetapi institusi gereja dilecehkan,” ungkap Wenas kepada Wartawan.

Peristiwa sebetulnya sengaja tidak diekspos ke Media dan diredam serta para Pelsus hanya mendoakan saja. Tapi ternyata hari itu juga telah beredar di media social (FB) dan sepanjang beberapa minggu menjadi topic perdebatan di medsos bahkan dibelokan bahwa hal itu hanya isu bohong yang disebarkan oleh GMIM (Pendeta, Pentaua, Syamas dan anggota jemaat) sehingga para Pendeta dan Penatua dari Gunung Woka didampingi Ketua Wilayah Bitung VI Pdt Adolof Wenas dan Pendeta Frangky Kalalo melakukan klarifikasi sekaligus kesaksian dihadapan Kasat Reskrim Polres Bitung AKP Rivo Malonda atas permintaan aktivis buruh Rocky Oroh, Senin (23/11) bahwa hal itu benar terjadi bukan isu bohong.

Kasat Reskrim AKP Rivo Malonda saat itu meminta agar pihak wartawan tidak perlu mengekspos. “Persoalan ini sudah selesai habis sampai disini,” kata Malonda.

Ironisnya, pada pekan lalu justru berita itu dimuat di salah satu media lokal secara sepihak oleh Laurensius Supit sehingga terkesan para Pendeta, Penatua GMIM yang menyebarkan isu bohong.

Hal ini mengundang reaksi dari para aktivis Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Kota Bitung yang berbalik menuding Ketua DPRD Bitung Laurensius Supit dalam peristiwa di halaman Gereja GMIM Bukit Moria Gunung Woka itu telah melecehkan dan merendahkan kuasa doa dari Gereja dan melecehkan institusi gereja.

Ketua Cabang (Kecab) GMKI Bitung Meyrcilia Jacobs dalam rilis yang disampaikan kepada wartawan. “Menyikapi persoalan pernyataan dari Ketua DPRD Bitung terkait doi lebih berkuasa dari doa, saya sebagai orang Kristen merasa dilecehkan. Ketua DPRD (Laurensius Supit, red) harus meminta maaf kepada tokoh agama dan seluruh umat beragama. Hal ini pun terkait dengan pembohongan public, pembodohan public. Sangat disayangkan seorang anggota DPRD bukan memberi teladan bagi rakyat, namun sangat miris sekali justru membodohi masyarakat dengan pernyataan-pernyataan yang tidak bermutu,” tandas Jacobs.

Kecab GMKI Bitung ini pun saat dihubungi menambahkan akan memimpin mahasiswa Kristen dan elemen kepemudaan lainnya untuk mendatangi DPRD Bitung meminta pertanggung jawaban atas ucapan yang tidak beretika dari seorang Ketua DPRD yang merupakan unsur Forkopimda. Tidak itu saja GMKI Bitung meminta agar media juga dapat memberitakan hal jujur dan benar, dan tidak hanya berdasarkan pernyataan sepihak yang sebetulnya sangat diragukan kebenarannya.

Terpisah, Ketua DPRD Laurensius Supit saat dihubungi melalui ponselnya pekan lalu sebaliknya membantah keras kalau dirinya telah melontarkan ucapan bahwa doi lebeih berkuasa dari doa di hadapan para Pendeta, Penatua, dan anggota jemaat di GMIM Bukit Moria Gunung Woka.
“Saya tidak pernah bicara itu, itu semua dusta. Kalau ada yang memberikan kesaksian itu, mereka itu saksi dusta,” bantah Supit yang berulangkali menyatakan itu.

Bahkan Supit sendiri yang dikenal temperamental ini menyatakan dirinya siap untuk bersumpah karena tak pernah melontarkan ucapan tersebut.(estefanus)

Tags:
author

Author: 

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.