Amurang-Musim penghujan serta datangnya badai,dan gelombang pasang menghantam pesisir pantai di Kelurahan Ranoiapo,Kecamatan Amurang,Kabupaten Minahasa Selatan(Minsel),puluhan nelayan tradisional mengeluhkan kondisi pendaratan dan keluar masuknya puluhan perahu disaat musim badai,hujan dan gelombang pasang,dikarenakan hingga saat ini belum ada pelabuhan tambatan perahu,sehingga sangat sulit para nelayan untuk pendaratan perahu mereka.
Jerry Pangkey toko masyarakat(Tokmas) di Kelurahan Ranoiapo,saat diwawancarai oleh media ini mengatakan, dirinya memintakan kepada pemerintah untuk memperhatikan keadaan para nelayan yang ada di pesisir pantai,apalagi soal pembuatan tambatan perahu,dikarenakan tidak adanya tambatan perahu,salah satu nelayan asal Kelurahan Ranoiapo meninggal dunia.
“Setelah badai datang pemilik-pemilik perahu(Nelayan) tidak ada tempat parkir perahu,sehingga para nelayan memintakan kepada pemerintah untuk dibuat tambatan perahu yang perlu disediakan untuk para nelayan,agar supaya pada saat terjadi gelombang sudah ada perlindungan.Sekali lagi kami dari toko masyarakat dan nelayan memintakan kepada pemerintah untuk memperhatikan nelayan agar supaya tidak memakan korban,”kata Jerry Pangkey.
Lain juga yang dikatakan Robby Joseph,nelayan asal Ranoiapo,mengenai kronologis yang terjadi dikarenakan musim penghujan badai,hujan dan gelombang pasang menghantam satu nelayan asal kelurahan Ranoiapo meninggal dunia.
“Diperkirakan pukul ½ 4 pagi angin sudah bertiup,tapi pada saat itu belum terjadi apa-apa dan pada saat mendekati pukul ½ 6 pagi ombak mulai bermunculan karena sibuk melihat perahu masing-masing,korban pak Lexi Josephus pada saat itu teriak-teriak, lalu kami jawab tunggu kami mau ikat perahu karena dalaam posisi masing-masing melihat perahu,saya lari kepada korban untuk menyelamatkan perahu,tapi saya sampaikan tidak usah pak Lexi,karena perahu sudah banyak air ombak sudah hantam,jalan keluarnya harus didorong ke laut,tapi korban hanya memegang perahu tapi tidak ikat,lalu kami kembali ke perahu masing-masing,sementara korban terus memegang perahunya,arus tepat matahari naik,dan berdekatan dengan kami,dan juga korban teriak-teriak dan kami sementara melihat perahu kami masing-masing,tiba-tiba suara korban tidak terdengar lagi, dan nelayan lain berteriak bahwa korban sudah terkapar di belakang perahunya.Kami sudah berusaha menolong korban dan kami langsung bawah ke rumah sakit,”jelas Robby dengan kejadian yang menimpa Lexy Josephus.
Akibat peristiwa terjadi,maka warga di kelurahan Ranoiapo mengharapkan kepada pemerintah agar dapat memperhatikan keluhan untuk pembuatan perahu atau perlindungan perahu para nelayan.Mengantisipasi hal tersebut dan berbagai hal yang diinginkan,demi menjaga keselamatan jiwa nelayan maka nelayan memintakan kepada Dinas yang terkait agar segerah melakukan pembangunan pembutan tambatan perahu.Perhatian pemerintah kepada nelayan sangat diharapkan dalam meningkatan perekonomian dan kehidupan nelayan,serta keselamatan jiwa mereka.(arum)