Minut, Lagi-lagi dunia kesehatan di Kabupaten Minahasa Utara (Minut) dirundung masalah. Warga yang dirawat di RSUD Maria Walanda Maramis (MWM) Airmadidi kesulitan memperoleh donor darah yang seharusnya disediakan pihak Unit Transfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Minut. Alhasil, sejumlah pasien harus membeli darah ke Manado dan Bitung.
Informasi yang diperoleh, alasan pihak PMI tak memiliki ketersediaan darah lantaran mereka kehabisan dana untuk menunjang operasional ketersediaan darah tersebut. Dan parahnya lagi pihak RSUD belum memberikan kewajiban mereka ke PMI yang jumlahnya lumayan besar.
Yulin salah satu keluarga pasien mengatakan, pihak keluarga pasien sangat menyayangkan dengan pelayanan UTD Minut. Karena tidak dapat menyiapkan stok darah. Meskipun ketika pihak keluarga pasien membawa pendonor, tidak bisa juga dilayani, karena katanya tidak ada kantong darah dan alat pemeriksaan untuk screening laboratorium.
“Kami tidak mau ada alasan apa dari pihak pelayanan UTD. Karena itu bukan urusan kami selaku keluarga pasien. Dari pihak pelayanan UTD ketika dikonfirmasi kenapa hal ini bisa terjadi. Dikatakan oleh salah satu petugas bahwa kami kesulitan dengan pengadaan alat-alat reagensia untuk screening laboratorium dan faktor penunjang lainnya serta kantong darah,” kesalnya.
Ia menambahkan, menurut pihak UTD masalah itu karena sampai saat ini menunggu dana tagihan dari rumah sakit yang sampai saat ini belum ada.
“Pasien sempat komplain karena kalau ambil di PMI lain mereka harus membayar 360 ribu perkantong. Sementara sebelumnya kalau ambil di PMI Minut tidak membayar untuk pasien BPJS,” ungkap keluarga pasien.
Sementara itu, sumber resmi mengatakan, Unit Transfusi Darah (UTD) PMI punya tagihan di RSUD Maria Walanda Maramis yaitu biaya pengganti pengolahan darah (BPPD) sebesar 360.000/kantong darah. Biaya yang belum terbayarkan sejak Desember 2018.
Dari BPPD ini UTD PMI membiayai operasional berupa pengadaan bahan habis pakai kantong darah, reagensia dan bahan lain, kegiatan donor darah sukarela, adminstrasi dan honor pegawai.
“Sejak pekan lalu, semua pasien yang butuh darah mengambil dari PMI Bitung dan Malalayang. Alasan PMI Minut karena mereka tidak punya stok darah, sekalipun mau bawa pendonor juga sudah tidak bisa dilayani karena tidak ada logistik kantong darah dan reagensia. Petugas PMI tetap ada di UTD,” beber sumber, yang meminta namanya tidak dipublish.(Innor/Jaan)