TAHUNA,Suarasulutnews.co.id-Meski tak 100 persen, gerhana matahari yang berlangsung di Sangihe, Rabu (09/03) kemarin disambut antusias warga setempat.
Terpantau, khususnya di kota Tahuna, nyaris seluruh warga langsung berhamburan keluar rumah pada saat matahari mulai ditutupi bulan tersebut. Yang menarik, beberapa warga yang sempat ditemui ketika sedang asyik melihat gerhana, mengaku mereka tak hanya ingin menyaksikan peristiwa langkah itu, tapi turut bernostalgia atas peristiwa gerhana matahari total (GMT) yang terjadi di Sangihe Oktober1995 silam.
Fredy Lasut, warga Kelurahan Sawang Bendar Tahuna, mengaku tak hanya teringat GMT Sangihe yang berlangsung mulai pukul 11.11 wita dan mencapai puncak pukul 13.13 wita sampai 13.15 wita (Dilansir Suara Pembaruan, 25-10-95), tapi turut terharu dan bangga jika Sangihe kembali dapat menikmati gerhana, kendati untuk kali ini tidak GMT.
Diakuinya, suasana gerhana kemarin memang jauh berbeda dengan GMT 95, karena saat berlangsung gerhana total, suasana kota Tahuna langsung berubah khusyuk, dimana seluruh aktifitas warga langsung terhenti seiring dengan berubahnya siang menjadi gelap selama 2 menit.
Suasana khusyuk juga semakin bertambah ketika dikegelapan terdengar lonceng Gereja GMIST Maranatha Tahuna berbunyi sambil diiringi suara ayam berkokok dan kerumunan burung yang terbang pulang berbarengan.
”Saat GMT 95, saya sedang mengemudi mobil dan langsung berhenti karena tiba-tiba siang berubah jadi gelap. Lonceng gereja juga langsung berbunyi diiring suara ayam berkokok dan burung-burung yang terbang pulang,”ungkap Lasut yang juga menambahkan, saat GMT 96, kota Tahuna juga dipadati turis dengan membawa peralatan kameranya masing-masing.(fb)