BITUNG,Suarasulutnews.co.id– Meski berbagai kalangan secara keroyokan melakukan aksi pemadaman, namun kebakaran hutan Tangkoko dan hutan lainnya di Kota Bitung semakin meluas.
Pihak kehutanan dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah pada bulan September lalu memperkirakan hutan areal hutan yang terbakar mencapai kurang lebih 1500 hektar, kini perkiraannya telah bertambah luas mencapai sekitar 1700 hektar.
“Bahkan kini sudah merembet juga sampai ke hutan Wiau dan hutan di bawah kaki gunung Klabat, sehingga sekarang ini kebakaran hutan di Bitung telah berada pada status tanggap darurat,” ungkap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bitung, Drs Adri Supit, Selasa (6/10).
BPBD Kota Bitung sudah menurunkan sekitar 100 personilnya untuk melakukan pemadaman bersama dengan berbagai kalangan. “Besok (hari ini, Red) kami kami akan menurunkan 200 personil, dan kami berharap semua pihak terkait juga bersama-sama dalam aksi pemadaman ini,” kata Supit.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Ketahanan Pangan Kota Bitung, Ir Alex Wattimena mengatakan, areal hutan yang terbakar meliputi Tawan Wisata Alam (TWA) Batu Putih, huta Wiau dan cagar alam. “Tetapi areal hutan yang terbakar, paling besar sekitar 1500 hektar berada di kawasan yang menjadi kewenangan Provinsi,” ungkapnya.
Namun begitu, lanjut Wattimena, hari ini akan turun masing-masing Tim dari Polri, TNI, pihak kehutanan serta tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Wattimena berpendapat, dilihat dari kondisi hutan yang terbakar saat ini, Pemerintah sudah harus menetapkan sebagai bencana nasional. “Apalagi Pemerintah Kota Bitung sudah menetapkan bencana kebakaran hutan di Bitung dengan status tanggap darurat, dan Pemprov Sulut juga akan mulai tetapkan,” katanya.
Diakui Wattimena, pada APBD Bitung tahun 2015 ini, hanya tersisa anggaran untuk tanggap darurat sekitar 500 juta. “Memang itu sangat kecil, tetapi lebih baik kecil dari pada tidak sama sekali,” ungkapnya.
Lebih jauh dikatakan Wattimena, meskipun ramalan BMKG musim kemarau ini akan berlangsung hingga Desember 2015, namun pada hari ini (kemarin, Red), cuaca nampak mendung dan tiupan angin kurang, sehingga diharapkan akan turun hujan.
Salah satu solusi yang ditawarkan Wattimena, yakni di wilayah Pinangunian ada spot-spot tertentu yang memungkinkan dibuatkan jalan lingkar sebagai jalan inspeksi. “Saya kira jalan inspeksi ini perlu dibuat, sebab selama ini tidak ada pengamanan karena sulitnya akses untuk melakukan pengawasan, padahalan poengawasan hutan itu harus 1 x 24 jam,” ujarnya sembari mengakui jika Pemkot Bitung sekarang ini tidak memiliki Polsus Kehutanan, padahal hutan Bitung seluas 42 persen dari total luas kota Bitung yang mencapai sekitar 31.000 meter persegi. (estefanus)