Tahuna- Diperkirakan kerugian akibat aksi pencurian ikan yang dilakukan oleh pihak asing, terutama nelayan asing asal negeri tetangga Philipina mencapai miliaran lebih pada setiap bulannya.
Hal ini ditegaskan Koordinator Umum Investigasi Lembaga Pemberdayaan Pengawasan Pembangunan Sulut (LP3S), Johanis Anto Misa, Rabu (10/06) kemarin Dari hasil investigasi LP3S kata dia, sumber daya perikanan yang ada di perairan Sangihe, lebih banyak dinikmati para nelayan Philipina yang dilaporkan setiap bulannya rata-rata puluhan ton raib dicuri.
“Sebagai perbandingan saja dari data yang kami investigasi, per kilo ikan tuna di pasaran sekarang dihargai sekitar Rp 35.000,-. Sedangkan, di wilayah GenSan (General Santos, red), salah satu wilayah di Provinsi Davao, Philipina, ikan tuna di jual pada kisaran harga Rp
85.000,- sampai dengan Rp 115.000,- per kilo. Bayangkan, selisihnya bisa mencapai dua hingga tiga kali lipat dari harga di Indonesia,” beber Misa.
Lanjut dikatakannya, selain lemah dari sisi pengawasan dan penjagaan wilayah maritim, para petugas-petugas yang memiliki kewenangan menjaga wilayah perbatasan mulai dari pihak TNI/Polri, maupun instansi pemerintahan yang ada di daerah, juga kalah dalam hal
peralatan atau teknologi.
“Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan nelayan-nelayan tradisional di wilayah Tahuna dan sekitarnya, rata-rata dari mereka menyebutkan, selama nelayan Philipina sudah
menjalin kerjasama dengan sejumlah oknum ‘pengusaha perikanan’ lokal.
Parahnya lagi, mereka sudah menjalin kerja sama dengan sejumlah oknum aparat atau petugas berwenang. Ini kan aneh, saat pemerintah pusat lewat gebrakan Ibu Susi memberantas illegal fishing, tetapi justru kita sendiri di daerah yang jadi dalangnya,” kecam Misa, yang berencana akan membuat laporan tertulis hingga ke pihak kementerian terkait dalam waktu dekat ini.
Di sisi lain, sejumlah nelayanan kepada harian ini mengaku, ternyata tidak hanya jenis-jenis ikan pelagis berupa tuna dan cakalang yang jadi sasaran pelaku illegal fishing,namun juga berbagai jenis ikan lainnya seperti ikan layar kini menjadi sasaran mereka.
“Bukan hanya tuna atau cakalang yang mereka ambil, sekarang malah sampai ikan layar pun jadi target mereka. Dan sejauh ini, harus diakui bahwa kapal-kapal patroli milik petugas di daerah kita ini, masih kalah cepat dengan kapal milik mereka,”ungkap para nelayan.
Sayangnya, hingga berita ini diturunkan kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Sangihe, Ir Felix Gaghaube belum bisa ditemui untuk dimintai tanggapannya.(fb)