Lomba Paskah Menarik Jemaat GMIM Imanuel Tumaluntung ” Budaya Leluhur “

Salah Satu Pondok Yang Dibuat Oleh Jemaat GMIM Imanuel Tumaluntung Kolom 18.

AMURANG,- Pskah adalah merupakan perayaan terpenting dalam tahun liturgi Gerejawi Kristen, bagi umat kristen. Maka untuk Memperingati Paskah Tuhan Yesus Kristus Gereja Masehi Injin di Minahasa (GMIM) merayakan dengan berbagai perlombaan yang dilakukan di setiap jemaat masing-masing.

Pondok-Pondok Yang Telah Didirikan Dengan Pemasangan Ornamen Paskah Hasil Dari Para Petani.

Dari pantauan Media Online Suarasulutnews.co.id, di kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), seanteronya Jemaat GMIM Imanuel Tumaluntung melaksanakan pelombaan Paskah Yesus Kristus yang diikuti oleh Jemaat Tumaluntung raya, diketahui Desa Tumaluntung menjadi dua Desa, dari hasil pemekaran menjadi Desa Tumaluntung dan Desa Tumaluntung satu.

Perlombaan yang dilaksanakan oleh Jemaat Tumaluntung Raya ini sangat menarik dari sebelumnya, mengingat lomba kali ini bernuansa jaman dulu atau budaya leluhur yang hampir dilupakan, dengan membuat pondok-pondok yang bernuansa Paskah

Jikalau mungkin, ketika jemaat lain ingin mengunjungi ke Jemaat GMIM Imanuel Tumaluntung raya, akan terharu saat melihat perlombaan yang dilaksanakan oleh jemaat tersebut, dengan mengangkat budaya leluhur, pondok-pondok yang terbuat dari bambu dan beratapkan daun pohon kelapa itu sangat indah dalam pandangan kita.

Yang lebih lagi, dalam pemasangan ornamen yang bernuansa Paskah bukan lagi seperti yang kita temui saat ini. Namun ornamen paskah yang di hiasi merupakan hasil kerjanya dari jemaat yang mayoritas sebagai Petani, mulai dari buah-buahan, sapu lidi, obor sebagai lampu penerang dan hasil kerajinan tangan lainnya.

Ketua Panitia Ronald Mandey menjelaskan, aksi lomba yang digelar ini selama sepekan dan akan dinilai oleh panitia yang sudah disiapkan, Tepat pada perayaan Paskah nanti pemenang lomba langsung diumumkan.

” konsep lomba didasari mulai terkikisnya nilai budaya masyarakat saat ini, Sehingga rasa pentingnya bagi mereka memberikan edukasi bagi jemaat khususnya, pemuda tentang kehidupan, budaya, dan adat masyarakat terdahulu. Pondok dibangun tanpa paku tapi menggunakan tali hasil buatan dari hutan begitu pula kayu dibuat seperti paku besi. Semua dibiayai dari aksi gotong royong jemaat. Kalau dihitung bisa puluhan sampai ratusan juta,” tutupnya.

Disisi lain, Hukum Tua Desa Tumaluntung Max Lambona ketika dimintai tanggapan mengatakan, wilayah yang dia pimpin sudah mekar menjadi dua desa. Tumaluntung dan Tumaluntung I. Mayoritas berprofesi sebagai petani. 100 persen masyarakat di dua desa merupakan warga GMIM. Bukannya tidak pluralisme, tapi ini bentuk keyakinan jemaat sebagai bagian dari budaya desa. Tapi semua warga terbuka terhadap semua keyakinan, ucap Kuntua Lambona (jaan)

author

Author: 

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.