Turun Signifikan, Prodi Keperawatan Polnustar Tahuna Terancam.

Sangihe – Direktur Politeknik Negeri Nusa Utara (Polnustar) Tahuna Prof Dr Ir Frans G Ijong MSc mengemukakan dalam kurun lima tahun terakhir ini, terjadi trend penurunan jumlah Mahasiswa khususnya Porgram studi (Prodi) Keperawatan di Polnustar yang cukup signifikan. Diuraikan Ijong, sejak tahun 2015 penurunan terjadi hingga 15 persen, bahkan pada tahun 2016 terjadi lagi penurunan sebesar 16 persen, tak hanya disitu, penurunan pun menyentuh angka 20 persen pada tahun 2018 hingga saat ini tahun 2019, hal ini menurut dia akan membuat Polnustar kedepan khususnya Prodi Keperawatan terancam tak akan memiliki Mahasiswa.

“Jadi kalau dilihat di Tahun 2019 dengan angka penurunan mencapai 20 persen, dan jika kita tidak memberikan sosialiasi yang baik, lima tahun depan sudah tidak ada lagi mahasiswa keperawatan di Polnustar, Ini prediksi dan harus saya kemukakan,” ujar Ijong didepan sejumlah wartawan.

Dikatakannya, ada beberapa faktor penyebab minimnya peminat pada Program studi primadona di kampus Polnustar ini, salah satunya diakibatkan biaya untuk pendidikan diluar kampus yakni di Rumah Sakit sangat mahal, mulai dari pendaftaran, pemeriksaan kesehatan, kegiatan sehari-hari semua di bayar dengan harga tinggi.

“Khususnya untuk Rumah sakit badan layanan umum seperti salah satu rumah sakit umum daerah di Manado yang merupakan fasilitas Pemerintah. Padahal sebenarnya sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, yang didalamnya mengatakan bahwa pemerintah berkewajiban untuk menanggung atau membiayai pendidikan itu 20 persen, sementara ini kebalikan, justru masyarakat dibebani untuk membayar biaya pendidikan diluar kampus. Makanya saya minta kalau di Sangihe khususnya di Rumah sakit Liung kendage tolong jangan lakukan itu, nantinya terkesan kita menjadikan mahasiswa khususnya yang melakukan praktik klinik sebagai target pendapatan dari lembaga badan pelayanan dan ini naif sekali,” tutur dia.

Lanjut Ijong juga mengkritisi soal pengurusan Surat Tanda Registrasi (STR) yang seringkali menjadi sandungan, disebabkan pengurusan yang memerlukan waktu dua sampai tiga tahun, bahkan ada yang sudah empat tahun menyandang Diploma III Keperawatan belum mengantongi STR.

“Kalau belum dapat STR kan dia belum dapat bekerja sebagai perawat, itu juga menjadi salah satu kendala sampai mereka sekarang sudah mulai tidak lagi meminati studi Keperawatan, jadi kalau kalkulasi dan analisa secara akademik, jika ini terjadi secara signifikan maka sepuluh atau dua puluh tahun mendatang Kabupaten Sangihe akan krisis tenaga keperawatan, karena yang ada sekarang sudah pensiun, sementara tenaga perawat yang baru hanya sedikit akhirnya apa..? kedepan nantinya kita akan impor keperawatan dari luar, nah ini isu yang juga perlu kita sikapi,” ungkapnya.

Kendati demikian, orang nomor satu di Polnustar ini menyebutkan peran dari perguruan tinggi mempersiapkan mahasiswanya secara akademik agar menjadi menjadi perawat yang terampil, handal dan kemudian menguasai ilmu.

“Langkah kita adalah mempersiapkan mahasiswa secara akademik, agar nanti ketika mereka masuk di tahap ujian, apakah itu ujian kompetensi dan pengisian portofolio STR mereka bisa lolos. Ini yang hanya bisa kami lakukan. Karena ketika dia lulus dari Polnustar itu merupakan tanggungjawab pribadi, institusi hanya bisa memfasilitasi seperti pelaksanaan ujian dan juga informasi yang berhubungan dengan pengurusan serta persyaratan-persyatan itu,” tutup Ijong. (Andika)

author

Author: 

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.